









Parallel Event Biennale: Fragile
2017-11-03 00:00:00
Seperti tajuknya, pameran ini memang menampilkan karya-karya yang dari segi bentuk maupun material yang digunakan, cenderung rentan pecah. Namun, di luar dari kerentanan dan elemen estetis dari karya dengan material seperti itu, ada usaha untuk mengasosiasikan antara persepsi tentang fragility dengan manusia sebagai subjek yang senantiasa berkekurangan (lack in being). Dari kehidupan, suasana psikis, hubungannya dengan liyan, atau pengalaman kehilangan dan kematian.
Kita acap kali berhadapan dengan pengalaman yang demikian, terutama saat mengalami kehilangan. Kita menjadi cemas karena ada sesuatu yang seolah-olah dicerabut dari diri kita–sesuatu yang disangka memberikan pengalaman keutuhan. Sesuatu yang pada akhirnya kita hasrati terus-menerus dan menjadikan kita sebagai subjek yang selalu merasa kurang, tidak utuh, sebelum menemukan pengalaman baru. Ini adalah siklus yang senantiasa berulang, kontinjen.
Karya-karya di dalam pameran ini, yang dihadirkan dalam beragam bentuk eksplorasi dari dua jenis material (tanah liat stoneware dan kaca), berupaya merefleksikan konsepsi tentang fragility dengan caranya masing-masing. Dalam proses eksplorasi kedua material tersebut, pada tahap tertentu, bersifat cair dan lentur. Fleksibel serta mudah dibentuk, sebelum akhirnya eksis dalam bentuk kreasi yang solid dan fragile. Karakter khas dari kedua material itulah yang dipersonifikasikan sebagai kedirian manusia.
Jadi, alih-alih mempersepsikan fragility sebagai ‘malapetaka’, pameran ini justru hendak menempatkanya sebagai sesuatu yang inheren di dalam diri atau kehidupan kita, pengalaman yang terus-menerus hadir dalam beragam modus dan membuat kita eksis.