Tribute to OHD: membongkar ruang persediaan


2019-04-30 00:00:00

Tribute to OHD
Membongkar ruang persediaan

Pembukaan:
Selasa, 30 April 2019
19:00 WIB

Pameran berlangsung
30 April - 30 Mei 2019

Kurator
Octalyna Puspa Wardany
Arham Rahman

Seniman
Alfin Agnuba (Grafis Minggiran)
Arwin Hidayat
Bambang Nurdiansyah
Budiyana
Danang Hadi (Grafis Minggiran)
Donni Maulistya
Gono Sudargono
Harlen Kurniawan
Isrol Medialegal & Yuni Bening
Langsur
Lulus Boli (Grafis Minggiran)
Made Ngakan Ardhana
Mahmudi
Mella Jaarsma
Nasirun
Pongpat
Rully P. A. (Grafis Minggiran)
Saparul Anwar “Phalonk”
Wisnu Auri
Wok The Rock
Yudha ‘Fehung’Kusuma Putra

Tempat:
Stockroom Galeri Lorong
Jl. Nitiprayan, RT01 Dusun Jeblok, Dukuh 3, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
_0274-4283089_

www.galerilorong.com

Membongkar Ruang Persediaan

Catatan kuratorial pameran Stockroom Lorong sebagai bagian perayaan Tribute to OHD 80 nan Ampuh

 

Ruang persediaan adalah ruang penyimpanan barang-barang yang dapat digunakan atau masih bermanfaat. Ruang persediaan bisa saja disamakan sebagai gudang ditilik dari kesamaan makna sebagai ruang penyimpanan. Hanya saja, gudang juga memiliki konotasi sebagai ruang penyimpanan barang-barang yang jarang dimanfaatkan atau -bahkan- bekas. Sementara, jika merujuk pada pemahaman bidang ekonomi, persediaan merupakan barang-barang yang aktif diperdagangkan atau diperjualbelikan. Ruang persediaan, dengan demikian, bermakna sebagai ruang penyimpanan barang-barang yang aktif diperdagangkan atau kerap dikenal dengan istilah produk karena merupakan hasil akhir suatu proses produksi. Bagaimana dengan ruang persediaan di Lorong?

Ruang persediaan di Lorong terletak di tengah-tengah komplek Galeri Lorong. Ruangan ini berada di belakang areal bangunan utama yang terdiri dari galeri, café, merchandise shop, kantor, dan ruang rapat. Di samping ruangan ini, ada jalan setapak di tengah rerimbunan tanaman hijau yang menuju ke dua bangunan homestay yang terdiri dari 6 kamar. Ruangan yang masih terhubung dengan bangunan utama Lorong ini terdiri dari 2 lantai dan memang difungsikan untuk penyimpanan barang-barang yang diperdagangkan. Hanya saja, barang-barang yang dimaksud dalam hal ini bukanlah produk yang dibuat secara massal untuk tiap jenisnya, tetapi spesifik dan hanya satu untuk tiap spesiesnya, yaitu karya seni.

Pameran di ruang persediaan Lorong yang pertama kali ini secara spesial untuk merayakan hari kelahiran sekaligus penghormatan pada seorang pencinta seni Indonesia; Oei Hong Djien; yang turut menghidupkan seni rupa sehingga geliat dan gairah para seniman tetap terjaga untuk terus berkarya. Sebuah kehormatan pula bagi pihak Lorong diperkenankan turut berkontribusi dalam memperingati 80 tahun usia seorang OHD yang tetap terlihat segar, penuh tawa lepas, dan tajam mencermati setiap karya seni yang dipajang.

Tajuk yang dipilih adalah membongkar ruang persediaan. Pameran ini memang memajang karya-karya seni yang tersedia di Lorong dengan membongkar persediaan di 2 ruangan Lorong yang berlokasi di Nitiprayan dan Sadewa. Hasilnya; 21 karya seni terpajang di lantai 1 ruang persediaan Lorong di Nitiprayan. Secara keseluruhan, karya yang dipajang adalah dwi matra. Hanya 2 karya tri matra. Satu karya bermedia resin dan bambu dari Budiyana. Patung Budiyana ini merupakan bagian dari satu paket karya bertajuk KEROKAN yang terdiri atas sketsa, lukisan, dan patung. Karya tri matra lainnya adalah Enigma dari Harlen Kurniawan yang berbentuk lingkaran putih dengan keran di bagian atas-tengah dan kapas di sepertiga bidang bagian bawah.

Satu karya instalasi Wok The Rock, kurator Biennale Jogja tahun 2015, juga memadukan media dwi matra, berupa: 3 foto dan berlembar-lembar sertifikat dilaminasi dalam kotak kayu, dengan judul Biography of Authenticiy yang seolah hendak menunjukan bahwa catatan perjalanan hidup yang otentik manusia saat ini ditunjukkan dengan foto-foto dan kertas sertifikat yang setara dengan kertas piagam atau ijasah. Dunia kita tak lagi menyoal pada tuturan atau catatan kisah kehidupan manusia yang membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi bermakna. Dunia kita yang kini lebih membutuhkan pembuktian yang bisa terdeteksi dan terlacak menurut era kini yang sebenarnya juga lekang dimakan waktu. Mungkin baik jika kita kembali belajar pada nenek moyang kita yang justru lebih canggih dalam meninggalkan bukti otentik dan menembus waktu hingga ribuan angka periode dalam wujud candi, stupa, prasasti batu.

Meski secara keseluruhan karya dwi matra, media dan teknik karya cukup beragam. Ada 6 karya grafis yang dibuat oleh Donni Maulistya dengan teknik letter press berjudul NUMBER 8 dan 4 seniman Grafis Minggiran (Alfin Agnuba, Danang Hadi, Lulus Boli, dan Rully P. A.) dengan teknik intaglio, etching atau etsa, dan wood cut. Salah satu karya grafis ini menyajikan sebuah mahakarya nenek moyang Indonesia yang telah berusia ribuan tahun dan masih berdiri kokoh, menjadi jujukan beragam orang dari mancanegara, pula aktif sebagai situs upacara keagamaan umat Budha tiap tahunnya. Borobudur yang dalam karya ini berukuran 25cm x 25cm merupakan salah satu bukti otentik peradaban canggih manusia Nusantara.

Satu karya kolaborasi pasangan Isrol Medialegal dan Yuni Bening memadukan penggunaan cat semprot ala mural dan rajutan benang dengan judul SHARE yang sebenarnya menunjukkan kesediaan membagi ruang buat orang lain. Karya Surat pada Daun milik Bambang Nurdiansyah atau dikenal Bengbeng memainkan cat air, sebuah media yang membutuhkan keahlian khusus. Bengbeng dengan fasih menguaskannya di atas kertas sehingga membentuk gambaran yang utuh dari transparasi dan gradasi warna yang dimungkinkan oleh cat air.

Selebihnya, karya-karya lukisan dengan cat minyak dari Nasirun dengan judul Carangan#5 yang tetap saja menunjukkan kekuatan utuh sang seniman dalam menggambarkan sebuah kisah dalam satu bidang lukis, Pongpat dari Vietnam yang menghadirkan manisnya senja di sebuah kampung nelayan, Wisnu Auri dengan pergulatan dirinya dalam Accept Yourself Series I, karya abstrak Made Ngakan Ardana tentang menyukuri berkat dalam Don’t Forget to Pray Before Eating#6, goresan rampak dua penari yang seolah sama namun sesungguhnya berbeda dari Mahmudi. Selain cat minyak, tiga karya dengan cat akrilik dari Arwin Hidayat yang khas dengan penggambaran objek manusia yang bersulur-sulur dan memenuhi bidang gambar dengan judul Lelaki Lelah, Gono Sudargono dengan goresan sederhana dan tegas yang menuturkan Cindelaras dan Ayam Jago, serta seniman autodidak bernama Langsung yang tinggal di Bali melukiskan perempuan melahirkan bayi dalam posisi berdiri untuk menggambarkan kekagumannya atas ketangguhan perempuan menjalani kodratnya yang satu ini. Ada juga karya Mella Jaarsma yang menggunakan beragam media tentang kita bepergian tak kemana pun dan karya fotografi Fehung tentang RELATIONSHIP.

Dan, ruang persediaan itu diubah menjadi ruang pemajangan persediaan barang di dalamnya. Tak terlalu besar dan tak semua karya seni yang menjadi persediaan dipajang. Artinya, masih akan ada pameran untuk menampilkan karya-karya seni lain yang menjadi persediaan di Lorong. Masih akan ada Membongkar Ruang Persediaan berikutnya di Lorong. Nantikan saja.

 

 

GaRong 190517

Octalyna Puspa Wardany

-